AIR SUNGAI

GEMERICIK AIR SUNGAI

Gemericik air sungai yang mengalun riang di pagi hari nan ceria yang diselingi oleh nyanyian merdu si murai batu, menyambut sang mentari pagi yang menyeruak dari balik rindangnya pepohonan yang menandai dimulainya aktivitas kehidupan di pagi hari dari sebuah desa kecil di kaki gunung Slamet. Wajah-wajah ceria dari serombongan anak desa yang saling lari berkejaran di sepanjang jalan desa menuju ke sebuah sekolah yang tak jauh dari rumah mereka, menambah meriahnya suasana kehidupan di sana.

Hari itu adalah hari Senin legi yang berarti hari pasaran untuk sebuah pasar yang berada di kota kecamatan yang letaknya di desa tetangga, pasar ini hanya ramai pada hari pasaran saja yaitu pada hari pasaran legi dan wage (Hari pasaran untuk orang Jawa) yang berarti pasar ini hanya ramai di kunjungi pembeli dua kali dalam sepekan.

Kehidupan di sana nampak damai, mereka hidup dengan penuh kesederhanaan dengan selalu memegang teguh nilai-nilai serta norma-norma yang berlaku di sana. Dalam segala hal mereka selalu mengedepankan kepentingan bersama, tanpa memikirkan keuntungan apa yang akan didapat. Semangat kerjasama dan gotong royong masih melekat erat dalam setiap aktivitas kehidupan mereka sehari-hari. Dalam mengambil sebuah keputusan yang menyangkut kepentingan orang banyak, mereka selalu mengedepankan musyawarah dan mufakat bersama tanpa harus merugikan salah satu pihak.

Roda kehidupan dan perekonomian di sana berjalan seimbang dengan lingkungan dan alam sekitar. Walau dari segi pendidikan formal mereka agak sedikit tertingggal, namun mereka sadar di mana mereka harus menempatkan diri mereka pada alam ini serta memanfaatkan isi alam ini dengan bijak tanpa harus merusak alam itu sendiri.

Mererka hidup berdampingan dengan alam dan  beradaptasi dengan menyelaraskan pola hidup saling memberi manfaat atara manusia dengan alam. Mereka tidak memanfaatkan potensi alam ini secara berlebihan, melainkan mereka memanfaatkan alam ini sesuai dengan apa yang mereka butuhkan, selebihnya mereka membiarkan alam ini tetap lestari dengan alami. Dengan demikian terjadilah pola hidup yang harmonis antara manusia dengan alam sekitarnya.

Kita semestinya harus banyak belajar dari lingkungan di mana tempat kita tinggal, sebab masih banyak yang belum kita ketahui tentang rahasia-rahasia alam dan jagat raya ini. Banyak kejadian memilukan dan fenomena alam yang berupa bencana alam akhir-akhir ini yang terjadi akibat  imbas  dari apa yang telah kita perbuat terhadap alam ini. Dan kita seharusnya dapat menyikapi persoalan ini dengan lebih bijak tanpa harus menyalahkan satu sama lain. Kita semestinya sadar bahwa manusia diturunkan di muka bumi ini untuk mengelola dan memanfaatkan isi bumi ini buat kepentingan seluruh umat manusia, bukan malah sebaliknya.

Di jaman modern seperti sekarang ini teknologi memang berkembang dengan pesat, tetapi sadarkah kita bahwa banyak tekonologi yang dikembangkan dengan mengorbankan alam sebagai obyek yang dieksploitasi secara berlebihan, sehingga bedampak negatif terhadap terhadap kelangsungan siklus hidup dan mata rantai kehidupan di muka bumi ini. Memang sungguh ironis, kemajuan ilmu teknologi yang seharusnya bisa membawa manusia kearah yang lebih baik dalam mengelola lingkungan, ternyata telah banyak yang telah disalahgunakan oleh manusia-manusia yang hanya mengeruk keuntungan sesaat dengan mengorbankan keuntungan jangka panjang. Kasihan generasi-generasi penerus kita yang tidak dapat menikmati isi dunia ini secara lengkap, karena sebagian isi dunia ini telah rusak bahkan punah dari muka bumi ini. Ibarat pepatah (orang lain yang makan nangka, kita yang kena getahnya). Ya itulah kalau dunia ini banyak dihuni oleh manusia-manusia yang serakah dan tidak pandai mensyukuri segala anugerah yang  Tuhan berikan kepada kita.

Semoga kita tidak termasuk dalam bagian orang-orang yang telah membuat kerusakan di muka bumi ini dan senantiasa menjadi manusia yang pandai mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan kepada kita dengan selalu menjaga dan melestarikan kehidupan alam dan jagat raya ini.




Jakarta, 5 April 2005

M. Abidin


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BATIK TEGALAN

BAYT AL-QUR’AN & MUSEUM ISTIQLAL TMII

CINTA LINGKUNGAN