SEJARAH PERADABAN ISLAM ZAMAN PERTENGAHAN DAN MODERN
SEJARAH
PERADABAN ISLAM ZAMAN PERTENGAHAN DAN MODERN
Oleh:
Mohamad Abidin
Islam adalah agama yang datang
sebagai penyempurna ajaran agama tauhid yang ada sebelumnya. Ajaran Islam yang
berkembang ke seluruh pelosok dunia
bukan hanya sebagai ajaran ritual antara manusia dengan Tuhannya semata
akan tetapi ajaran ini telah mampu merubah tatanan kehidupan umat manusia.
Kehadiran Islam telah membawa banyak perubahan baik dalam budaya, ekonomi, dan
perkembangan ilmu pengetahuan dunia.
Dalam kisah peradaban Islami,
rahasia terbesar di balik keunggulan dan keberhasilannya adalah adanya ikatan
erat dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-nya. Kedua sumber rujukan ini
merupakan arah yang menguatkan interaksi antara seorang Muslim dengan Rabbnya
dan kumpulan masyarakat serta lingkungan alam sekitarnya. Pada keduanya
terkandung undang-undang syariat yang mendalam, menjamin tegaknya peradaban yang
seimbang, menakjubkan dalam setiap lini kehidupan. Sampai pada lini
materialisme-bersifat kemewahan hidup-juga terhimpun dalam penetapan hukum ini.
Dalam perkembangannya Islam terus
mengalami perubahan dari zaman ke zaman. Secara garis besar perkembangan Islam
dapat dikelompokan menjadi tiga periode yaitu Islam zaman klasik, Islam zaman
pertengahan dan Islam zaman modern. Namun dalam tulisan ini hanya akan membahas
tentang perkembangan Islam zaman pertengahan dan zaman modern.
A.
Islam
Zaman Pertengahan (masa keemasan Islam)
Kejayaan Islam dalam perannya
membangun peradaban manusia tidak bisa terbantahkan. Dalam sejarah peradaban
Islam tercatat tinta emas bagaimana para shahabat dengan penuh semangat mempelajari
ilmu pengetahuan baik dari al-Qur’an dan hadis. Kemudian melahirkan berbagai
cabang ilmu pengetahuan yang diaplikasikan ke dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Masa Umayyah
Khalifah pertama pada masa ini
adalah Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abd asy-Syam bin Abdu
Manaf bin Qushay dengan nama panggilan Abu Abdur Rahman al- Umawi masuk Islam
pada saat pembukaan kota Makkah (Fathu Makkah) ikut dalam perang Hunain dan
termasuk orang muallaf yang ditarik hatinya untuk masuk Islam, dan keislamannya
baik serta menjadi salah seorang penulis wahyu.
Ekspansi yang dilakukan pada zaman Muawiyah membuat Islam menjadi
negara besar. Dari persatuan berbagai bangsa di bawah naungan daulat Islam menimbulkan benih-benih kebudayaan dan
peradaban yang baru. Dalam
masa ini banyak dibangun masjid-masjid dan istana. Katedral St. Jhon di
Damaskus dirubah menjadi masjid, sedang Katedral yang ada di Hims dipakai
sebagai masjid dan gereja. Di al-Quds (Jerussalem) Abdul Malik membangun masjid
al-Aqsha. Monumen terbaik yang ditinggalkan zaman ini adalah Qubah al-Sakhr di
al-Quds, masjid Cordova di Spanyol dibangun, masjid Mekah dan Madinah
diperbaiki dan diperbesar oleh Abdul Malik dan Walid. Perkembangan Islam yang
dicapai pada zaman ini diantaranya yaitu:
a.
Perubahan
bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan Pahlawi ke dalam bahasa Arab.
Orang-orang non Arab menjadi pandai berbahasa Arab, untuk menyempurnakan
pengetahuan tata bahasa Arab, disusun buku tata bahasa Arab oleh Sibawaih dalam
al-Kitab.
b.
Penyair-penyair
Arab baru bermunculan setelah perhatian mereka terhadap syair Arab Jahiliyah
dibangkitkan. Mereka itu adalah Umar Ibn Abi Rabiah (w. 719 m.), Jamil al-Udhri
(w. 701 M.), Qays Ibn al-Mulawwah (w. 699 M.) yang lebih dikenal dengan nama Majnun
Laila, al-Farazdaq (w 732M.), Jarir (w. 792 M) dan al-Akhtal (w. 710 M.).
c.
Terdapat pusat
kegiatan ilmiah di Kufah dan Bashrah yang memunculkan nama-nama besar seperti
Hasan al-Basri, Ibn Shihab al-Zuhri dan Washil bin Atha. Bidang yang menjadi perhatian
adalah tafsir, hadits, fikih, dan kalam.
d.
Merubah mata uang yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Sebelumnya mata uang Bizantium dan Persia seperti dinar dan dirham. Penggantinya uang dirham terbuat dari mas dan dirham dari perak dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab.
Masa Abbasiyah
Khalifah pertama pada masa ini adalah As-Saffah dari Bani Abbasiyyah, dia
dikenal dengan sebutan Abu al- Abbas, Abdullah bin muhammad bin Ali bin
Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim. Dia dilahirkan pada tahun 108
H di dekat al-Balqa’ dan dibaiat sebagai khalifah di Kufah.
Pada masa Harun Ar-Rasyid,
khalifah kelima Abbasiyah yang dilanjutkan oleh khalifah Ma’mun Ar-Rasyid,
Islam berkembang dengan pesat. Dimana saat itu Baghdad menjadi salah satu pusat
ilmu pengetahuan dunia. Beberapa bukti kejayaan itu antara lain kekhalifahan
Islam berhasil mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat.
Kemajuan yang dicapai dinasti
Abbasiyah mencakup ilmu agama, filsafat dan sains. Ilmu agama yang dikembangkan
pada masa ini mencakup:
a.
Ilmu Hadits
Tokohnya: Al-Bukhori dengan kitabnya al-Jam’i al-Shahih dan Tarikh
al-Kabir, Muslim dengan kitabnya Shahih Muslim, Ibnu Majjah, Abu Dawud,
al-Tirmidzi, dan al-Nasa’i.
b.
Ilmu Tafsir
Tokohnya: Ibnu Jarir Ath Thabari dengan karyanya Jami al-Bayan fi Tafsir
al-Qur’an sebagai pegangan pokok bagi mufassir hingga sekarang, Abu Muslim
Muhammad Ibn Bahar al-Ashfahani dengan tafsirnya Jami’ut Ta’wil, Ar-Razy dengan
tafsirnya Al-Muqthathaf.
c.
Ilmu Fiqih
Tokohnya: Abu Hanifah dengan kitabnya Musnad al-Imam al-A’dhom atau
Fiqhal-Akbar, Malik dengan kitabnya al-Muwatha’, Syafi’i dengan kitabnya al-Um
dan al-Fiqh al-Akbar fi al-Tauhid, dan Ibn Hambal dengan kitabnya al-Musnad.
d.
Ilmu Tasawuf atau Mistisisme Islam
Tokohnya: Abu Bakr Muhammad al-Kalabadi dengan karyanya al-Ta’arruf li
Mazhab Ahl al-Tasawuf, Abu Nasr as-Sarraj al-Tusi dengan karyanya al-Luma’, Abu
Hamid al-Ghazali dengan karyanya Ihya ‘Ulum al-Din, dan Abu Qasim Abd al-Karim
al-Qusyairi dengan karyanya Maqamat. Tokoh lainnya, Zunnun al-Misri, Abu Yazid
al-Bustami, Husain Ibn Mansur al-Hallaj, dsb.
e.
Ilmu Kalam atau Theologi
Tokohnya seperti Washil bin Atha’, Ibn al-Huzail, al-Allaf, dll dari
golongan Mu’tazilah, Abu al-Hasan al-Asy’ari dan al-Maturidi dari ahli sunnah.
f.
Ilmu Tarikh atau Sejarah
Tokohnya: Ibn Hisyam (abad VIII), Ibn Sa’d (abad IX), dll.
g.
Ilmu Sastra
Tokohnya: Abu al-Farraj al-Isfahani dengan karyanya Kitab al-Aghani,
al-Jasyiari dengan karyanya Alfu Lailah wa Lailah di pertengahan abad X.
h.
Ilmu agama lainnya seperti ilmu al-Qori’ah, ilmu Bahasa, dan Tata Bahasa.
Di
antara ilmu yang menarik pada masa dinasti Abbasiyah adalah Filsafat. Ilmu ini
berasal dari Yunani kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, bahkan juga
buku-buku yang berasal dari Persia maupun Spanyol.
Dari
gerakan ini muncul para filosof Islam, seperti:
1)
Al-Kindi
(185-260 H/801-873 M)
Al-Kindi lahir
di Kufah, karyanya sekitar 270 buah yang dikelompokkan oleh ibn Nadim dan
al-Qifti menjadi 17, yaitu: filsafat, logika, ilmu hitung, globular, musik,
astronomi, geometri, sperikal, medis, astrologi, dialektika, psikologi,
politik, 240 Studi Sejarah Kebudayaan Islam Metodologi Studi Islam meteorology,
dimensi, benda-benda pertama, dan spesies tertentu logam dan kimia.
2)
Al-Razi
(251-313 H/865-925 M)
Nama latinnya
adalah Rhazes, lahir di Rayy dekat Teheran. Buku-buku filsafatnya antara lain:
Al-Tibb al-Ruhani, Al-shirat al-Falsafiyyah, Amarat Iqbal al-Daulah, Kitab
al-Ladzdzah, Kitab al-Ilm al-Ilahi, dll.
3)
Al-Farabi
(258-339 H/870-950 M)
Di Barat dikenal
dengan nama Alpharbiu, lahir di Wasij (suatu desa di Farab/Transoxania). Selain
seorang filosof, ia juga ahli dalam bidang logika, matematika, dan pengobatan.
Dalam bidang fisika, ia menulis kitab al-Musiqa. Di antara karyanya adalah:
al-Tanbih ‘ala Sabil al-Sa’adat, Ihsha al-Ulum, al-Jam’ bayn Ra’y al-Hakimayn,
Fushush al-Hikam, dll.
4)
Ibn Sina
(370-428 H/980-1037 M)
Nama latin Ibn
Sina adalah Avicenna, lahir di Afsyana (dekat Bukhara). Selain ahli filsafat
dan kedokteran, beliau juga memiliki karya dalam bidang logika, matematika,
astronomi, fisika, mineralogy, ekonomi, dan politik. Karyanya antara lain:
Kitab al-Syifa, Kitab al-Nadjat, Al-Isyarat wat-Tanbihat, Al-Hikmat al-
Masyriqiyyah, dll.
5)
Al-Ghazali
(455-507H/1059-1111 M)
Beliau bergelar
hujjatul Islam, lahir di Ghazaleh dekat Tus di Khurasan. Karyanya antara lain:
Al-Munqidz min ad-Dlalal, Tahafut al-Falasifah, Ihya Ulumuddin, Qawaid
al-‘Aqaid, Misykat al-Anwar, dll.
6)
Ibn Rusyd
(520-595 H/1126-1198 M)
Di Barat
namanya Averroes, lahir di Cordova. Bukunya yang terpenting ada empat:
Bidayatul Mujtahid, Faslul Maqal fi ma baina al-Hikmati was Syari’at min
al-Ittisal, Manahij al-Adillah fi Aqaidi Ahl al-Millah, dan Tahafut at-Tahafut.
7)
Ibn Bajjah (w.
533 H/1138 M)
Beliau lahir di
Saragossa dan karyanya berupa risalah antara lain: Al-Ittisal, al-Wada’, Tadbir
al-Mutawahhid, dll.
8)
Ibn Tufail
(506-581 H/1110-1185 M)
Beliau
lahir di Granada. Karangannya tentang filsafat, fisika, metafisika, kejiwaan
dan sebagainya tidak sampai kepada kita kecuali satu yaitu risalah Hay bin
Yaqzhan.
Pada zaman kemajuan peradaban
Islam abad ke-7 sampai 17 tak hanya melahirkan generasi yang mumpuni di bidang
keagamaan tapi juga berbagai ilmu pengetahuan. Era itu banyak melahirkan para
ilmuwan di berbagai bidang dengan berbagai temuan teori-teori baru yang menjadi
sumbangan besar bagi sejarah peradaban dunia.
Di bidang matematika misalnya,
para pakar matematika Muslim telah memberi kontribusi nyata dan menemukan
berbagai macam teori di bidang matematika seperti yang kita kenal sekarang.
Mereka menemukan sistem bilangan desimal, sistem operasi dalam matematika
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, eksponensial, dan
penarikan akar.Tak cuma itu, mereka juga memperkenalkan angka-angka dan lambang
bilangan, termasuk angka “nol” (zero). Mereka antara lain juga menemukan
persamaan kuadrat, algoritma, fungsi sinus, cosinus, tangen, cotangen, dan
lain-lain. Pakar matematika Muslim itu antara lain : al-Khawarizmi, al-Kindi,
al-Karaji, al-Battani, al-Biruni, dan Umar Khayyam.
Di kalangan masyarakat Barat,
al-Khawarizmi lebih dikenal dengan nama Algorisme atau Algoritme. Ia telah
banyak menemukan teori-teori dalam matematika dan populer dengan sebutan Bapak
Aljabar. Teori Aljabar itu ia tulis dalam kitabnya yang bertajuk Kitab
Al-Jabr wal Muqabalah atau buku tentang pengembalian dan pembandingan.
Teori ‘algoritme’ dalam matematika modern diambil dari namanya, karena dialah
yang pertama kali mengembangkannya.
Sementara di bidang kimia ada
nama Jabir Ibnu Hayyan, al-Biruni, Ibnu Sina, ar-Razi, dan al-Majriti. Jabir
Ibnu Hayyan yang telah memperkenalkan eksperimen (percobaan) kimia mendapat predikat
‘Bapak Kimia Modern’. Sementara dalam bidang biologi para ilmuwan Muslim yang
ikut memberikan kontribusi besar antara lain al-Jahiz, al-Qazwini, al-Damiri,
Abu Zakariya Yahya, Abdullah Ibn Ahmad Bin Al-Baytar, dan al-Mashudi.
Al-Jahiz adalah pencetus pertama
teori evolusi. Sayang namanya tidak disebutkan dalam buku-buku pelajaran
biologi di sekolah maupun di perguruan tinggi. Pelajar dan mahasiswa lebih
mengenal nama Charles Darwin, ilmuwan yang hidup seribu tahun sepeninggal
al-Jahiz.
Sedangkan di bidang fisika ada
Ibn Al-Haitham, Ibnu Bajjah, al-Farisi dan Fakhruddin Ar-Razi. Selain jago
fisika, Fakhruddin Ar-Razi juga jago matematika, astronomi, dan ahli
kedokteran. Ia adalah Ulama yang Intelek. Seorang mufassir yang ahli
kedokteran, juga seorang faqih yang jago matematika.
Para ilmuwan Muslim yang hidup di
era keemasan Islam itu memang jago di bidang ilmu kealaman, sekaligus pakar
agama. Mereka ahli tafsir, ahli hadis, dan bidang-bidang lainnya. Hal ini
semakin memperkokoh perkembangan sains Islam yang melahirkan berbagai disiplin
ilmu pengetahuan serta menjadi kontribusi besar dari umat Islam untuk membangun
peradaban dunia.
Masa Turki Ustmani (Ottoman)
Kerajaan Turki Utsmani berdiri
tahun 1281 di Asia Kecil. Pendirinya ialah Utsman bin Erthogril bin Sulaiman
Syah dari suku Qayigh, salah satu cabang keturunan Oghus Turki. Wilayah
kekuasaan kerajaan Turki Utsmani meliputi Asia Kecil dan daerah Trace (1354 M),
selat Dardaneles (1361 M), Casablanca (1389 M), kerajaan Romawi (1453 M) dan
dinasti Mamalik (1517 M).
Kemajuan yang dicapai oleh
kerajaan Turki Ustmani dalam peradaban Islam diantaranya:
a.
Bidang Militer
dan Perluasan Wilayah
Setelah
perang dengan Bizantium, khalifah Orkhan mendirikan sebuah kesatuan militer
bernama Jenissari atau Inleisariyah (Arab). Kekuatan militer Jenissari ini berhasil mengubah negara Utsmani yang baru
lahir menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan sangat
besar bagi penaklukan negeri-negeri non-Muslim.
b.
Bidang
Pemerintahan
Bentuk kerajaan Turki Utsmani didasarkan kepada sistem feodal yang ditiru
langsung dari kerajaan Bizantium. Dalam sistem pemerintahan, sultan adalah
penguasa tertinggi dalam bidang agama, politik, pemerintahan bahkan
masalah-masalah perekonomian.
c.
Bidang Agama
dan Budaya
Kehidupan keagamaan merupakan bagian dari sistem sosial dan politik Turki
Utsmani. Ulama mempunyai kedudukan tinggi dalam kehidupan negara dan
masyarakat. Mufti sebagai pejabat tinggi agama, tanpa legitimasi Mufti
keputusan hukum kerajaan tidak dapat berjalan.
d.
Bidang
Intelektual
Kemajuan bidang intelektual Turki Utsmani tampaknya tidak lebih menonjol
dibandingkan bidang politik dan kemiliteran. Aspek-aspek intelektual yang
dicapai diantaranya yaitu terdapat dua buah surat kabar yang muncul pada masa
ini, yaitu: 1) Berita harian Takvini Veka (1831)
dan 2) Jurnal Tasviri Efkyar (1862) dan Terjumani Ahval (1860).
Dalam bidang pendidikan, terjadi transformasi
pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah (madrasah) dasar, menengah (1861)
dan perguruan tinggi (1869), fakultas kedokteran dan fakultas hukum serta
mengirimkan para pelajar yang berprestasi ke Prancis.
Sedang dalam bidang Sastra dan Bahasa, munculnya sastrawan-sastrawan dengan
hasil karyanya setelah menamatkan studi di luar negeri seperti Ibrahim Shinasi.
B.
Islam
Zaman Modern (berakhirnya sistem khilafah)
Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574)
telah dianggap oleh ahli sejarah sebagai titik permulaan keruntuhan Turki
Utsmani dan berakhirnya zaman keemasannya. Pada tahun 1663, tentara Utsmani
menderita kekalahan dalam penyerbuan Hongaria, tahun 1676 Turki kalah dalam
pertempuran di Mohakez, Hungaria dan dipaksa menandatangani perjanjian
Karlowitz pada tahun 1699 yang berisi pernyataan seluruh wilayah Hungaria,
sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada penguasa Uenetia dan tahun 1774,
penguasa Utsmani, Abdul Hamid, terpaksa menandatangani perjanjian dengan Rusia
yang berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan penyerahan benteng-benteng
pertahanan di Laut Hitam serta memberikan izin kepada Rusia untuk melintasi
selat antara Laut Hitam dengan Laut Putih. Pada tahun 1772 Mamalik berhasil
menguasai Mesir kembali, Syiria dan Lebanon memberontak dipimpin oleh Druz dan
Fahruddin.
Di Arabia, timbul gerakan pemurnian
Muhammad bin Abdul Wahab bergabung dengan kekuatan Ibnu Saud berhasil
memperluas wilayah kekuasaan di sekitar Jazirah Arab. Pada perang dunia I tahun
1918, Turki bergabung dengan Jerman dan mengalami kekalahan sehingga harus
menyerahkan semua wilayahnya kepada pemenang perang. Yunani hendak menjajah,
namun Mustafa Kemal Attaturk berhasil mengusirnya dan membentuk Negara Republik
Turki (1924) serta menghapuskan kekhilafahan Islamiyah Turki Utsmani.
Penghapusan
Khilafah Turki Utsmani pada 3 Maret 1924, yang sekaligus menandai berakhirnya
dominasi Islam dalam pentas politik global selama lebih dari 13 abad sejak era
Khulafa’ Arrasyidien, dan meroketnya hegemoni Barat atas dunia Islam,
menegaskan keberadaan umat Islam mulai saat itu telah terpuruk ke dasar
degradasi peradaban. Realitas keterpurukan umat Islam dalam kancah politik,
ekonomi, militer, budaya, dan bayang-bayang kemajuan Barat dalam sains dan
teknologi yang menyudutkan umat Islam, serta “penjajahan modern” yang
dilancarkan Barat terhadap dunia Islam, disinyalir kuat menjadi faktor
terpenting yang membangkitkan eskalasi “kerinduan” umat Islam akan kejayaan
yang pernah dimilikinya di masa silam itu.
Dalam hierarki ijtihad mengembalikan
kejayaan yang hilang ini, umat Islam setidaknya terpecah ke dalam dua limit
(manhaj) perjuangan. Ada sebagian umat Islam yang berikhtiar melalui
pendekatan-pendekatan metodologis, kontekstual, progresif, permisif, dan
inklusif, bersedia membuka diri dan kompromi dengan nilai-nilai positif
peradaban Barat. Dan ada sebagian ikhtiar umat Islam yang cenderung eksklusif,
fundamental, anti Barat, dan memilih kembali pada nilai-nilai positif Islam
konvensional, serta tak kenal kompromi dengan nilai-nilai kearifan lokal dan
modernitas. Bagi kelompok kedua ini, mengembalikan Khilafah Islamiyah adalah
satu-satunya pilihan politik yang tak bisa ditawar untuk memungkinkan membangun
kembali kejayaan Islam yang hilang. Maka, sejak saat itulah term “khilafah”
menjadi isu harakah (pergerakan) Islam dengan misi dan agenda politik membangun
kembali Daulah Islamiyah internasional.
Dalam dinamika perjuangannya, ide
khilafah internasional ini pertama kali diperankan oleh jamaah Ikhwanul
Muslimin yang didirikan di Mesir pada tahun 1928, dan selanjutnya banyak
dimainkan oleh jamaah Hizbut Tahrir yang didirikan di Jerusalem Timur tahun
1952.
Terlepas
dari prinsip kemaslahatan, dari segi teoretik, misi dan visi ide khilafah,
sebenarnya tidak ada yang salah, bahkan baik, dan pantas diapresiasi. Karena
ide ini merefleksikan kepedulian, niat baik, cita-cita, dan ghirah militan
untuk memperjuangkan Islam. Akan tetapi, ketika cita-cita dan niat baik ini tidak
diimbangi dengan pemahaman yang baik terhadap realitas sosial masyarakat dan
tentunya pemahaman keIslaman yang baik pula, maka hanya akan menimbulkan
benturan-benturan destruktif antara Islam itu sendiri dengan praktik-praktik
kehidupan sosial masyarakat.
Di sinilah
arti pentingnya kearifan sikap, yang bersedia mengkompromikan antara idealisme
sebuah ajaran dan tuntutan keislaman dengan realitas sosio-kultur masyarakat,
sehingga setiap gerakan dan perjuangan keislaman tidak menimbulkan gejolak dan
benturan-benturan destruktif, melainkan perjuangan yang bernilai efektif
(maslahah), konstruktif, dinamis, dan rahmatan lil ‘alamien.
Dari uraian
sejarah Islam di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peradaban Islam mempunyai
pengaruh yang penting dalam sejarah perdaban umat manusia di dunia. Peran
penting yang dibawa oleh peradaban Islam dapat kita rasakan di segala lini
kehidupan umat manusia, baik dari segi aqidah, akhlak, sosial, politik, budaya,
ekonomi serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Peradaban
Islam mengalami pasang surut namun perlu kita ketahui bahwa Islam pernah
mengalami masa keemasan pada zaman pertengahan, dimana pada zaman itu Islam
ditaburi oleh para ilmuwan-ilmuwan dan cendekiawan dari berbagai disiplin ilmu.
Namun sayang masa kejayaan Islam ini justru tidak banyak diketahui oleh umat
Islam generasi sekarang, karena kurikulum pendidikan kita lebih banyak
memperkenalkan para ilmuwan dari dunia barat.
Kini umat
Islam mengalami keterpurukan dan terpecah belah ke dalam kelompok dan golongan
yang berazas pada kepentingan kelompoknya. Sudah saatnyalah kita menyadari
kelemahan umat Islam saat ini. Umat Islam harus banyak belajar dari catatan
gemilang sejarah Islam pada masa lampau, untuk itu umat Islam harus bersatu dan
bekerja lebih keras lagi untuk tercapainya Islam sebagai rahmatan lil ‘alamien.
Sumber Referensi:
As-Suyuti,
Imam. Tarikh Al-Khulafa’. Darul Khatib Al-Ilmiyah. Terjemahan Samson Rahmana. 2003. Tarikh Khulafa Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
As-Sirjani,
Raghib. 2009.Madza Qaddamal Muslimuna Lil’Alam: Ishamaatu al-Hadharah al-Insaniyah, cetakan II. Mu’asasah Iqra. Terjemahan
Sonif dkk. 2011. Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, cetakan I. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2009. http://dualmode. kemenag.go.id/file/dokumen/MSI8.pdf.
Muhajir
dan Salim, 2014. Abad-abad Keemasan Peradaban Islam.
http://www.majalahgontor.net/index.php ?option=com_content&view=article&id=518:abad-abad-keemasan-peradabanislam&catid= 40:laporan
&Itemid=103Azza.
Mudaimullah. 2013. Khilafah
Dalam Presfektif Aswaja. http://www.malang-post.com/serba-serbi/religi /72428- khilafah-dalam-perspektif-aswaja.
Komentar
Posting Komentar