SEJARAH PERADABAN ISLAM ZAMAN PERTENGAHAN DAN MODERN

SEJARAH PERADABAN ISLAM ZAMAN PERTENGAHAN DAN MODERN
Oleh: Mohamad Abidin


            Islam adalah agama yang datang sebagai penyempurna ajaran agama tauhid yang ada sebelumnya. Ajaran Islam yang berkembang ke seluruh pelosok dunia  bukan hanya sebagai ajaran ritual antara manusia dengan Tuhannya semata akan tetapi ajaran ini telah mampu merubah tatanan kehidupan umat manusia. Kehadiran Islam telah membawa banyak perubahan baik dalam budaya, ekonomi, dan perkembangan ilmu pengetahuan dunia.
            Dalam kisah peradaban Islami, rahasia terbesar di balik keunggulan dan keberhasilannya adalah adanya ikatan erat dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-nya. Kedua sumber rujukan ini merupakan arah yang menguatkan interaksi antara seorang Muslim dengan Rabbnya dan kumpulan masyarakat serta lingkungan alam sekitarnya. Pada keduanya terkandung undang-undang syariat yang mendalam, menjamin tegaknya peradaban yang seimbang, menakjubkan dalam setiap lini kehidupan. Sampai pada lini materialisme-bersifat kemewahan hidup-juga terhimpun dalam penetapan hukum ini.
            Dalam perkembangannya Islam terus mengalami perubahan dari zaman ke zaman. Secara garis besar perkembangan Islam dapat dikelompokan menjadi tiga periode yaitu Islam zaman klasik, Islam zaman pertengahan dan Islam zaman modern. Namun dalam tulisan ini hanya akan membahas tentang perkembangan Islam zaman pertengahan dan zaman modern.

A.      Islam Zaman Pertengahan (masa keemasan Islam)

Kejayaan Islam dalam perannya membangun peradaban manusia tidak bisa terbantahkan. Dalam sejarah peradaban Islam tercatat tinta emas bagaimana para shahabat dengan penuh semangat mempelajari ilmu pengetahuan baik dari al-Qur’an dan hadis. Kemudian melahirkan berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diaplikasikan ke dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masa Umayyah
Khalifah pertama pada masa ini adalah Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abd asy-Syam bin Abdu Manaf bin Qushay dengan nama panggilan Abu Abdur Rahman al- Umawi masuk Islam pada saat pembukaan kota Makkah (Fathu Makkah) ikut dalam perang Hunain dan termasuk orang muallaf yang ditarik hatinya untuk masuk Islam, dan keislamannya baik serta menjadi salah seorang penulis wahyu.
Ekspansi yang dilakukan pada zaman Muawiyah membuat Islam menjadi negara besar. Dari persatuan berbagai bangsa di bawah naungan daulat Islam menimbulkan benih-benih kebudayaan dan peradaban yang baru. Dalam masa ini banyak dibangun masjid-masjid dan istana. Katedral St. Jhon di Damaskus dirubah menjadi masjid, sedang Katedral yang ada di Hims dipakai sebagai masjid dan gereja. Di al-Quds (Jerussalem) Abdul Malik membangun masjid al-Aqsha. Monumen terbaik yang ditinggalkan zaman ini adalah Qubah al-Sakhr di al-Quds, masjid Cordova di Spanyol dibangun, masjid Mekah dan Madinah diperbaiki dan diperbesar oleh Abdul Malik dan Walid. Perkembangan Islam yang dicapai pada zaman ini diantaranya yaitu:
a.       Perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan Pahlawi ke dalam bahasa Arab. Orang-orang non Arab menjadi pandai berbahasa Arab, untuk menyempurnakan pengetahuan tata bahasa Arab, disusun buku tata bahasa Arab oleh Sibawaih dalam al-Kitab.
b.      Penyair-penyair Arab baru bermunculan setelah perhatian mereka terhadap syair Arab Jahiliyah dibangkitkan. Mereka itu adalah Umar Ibn Abi Rabiah (w. 719 m.), Jamil al-Udhri (w. 701 M.), Qays Ibn al-Mulawwah (w. 699 M.) yang lebih dikenal dengan nama Majnun Laila, al-Farazdaq (w 732M.), Jarir (w. 792 M) dan al-Akhtal (w. 710 M.).
c.       Terdapat pusat kegiatan ilmiah di Kufah dan Bashrah yang memunculkan nama-nama besar seperti Hasan al-Basri, Ibn Shihab al-Zuhri dan Washil bin Atha. Bidang yang menjadi perhatian adalah tafsir, hadits, fikih, dan kalam.
d.      Merubah mata uang yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Sebelumnya mata uang Bizantium dan Persia seperti dinar dan dirham. Penggantinya uang dirham terbuat dari mas dan dirham dari perak dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab.
Masa Abbasiyah
Khalifah pertama pada masa ini adalah As-Saffah dari Bani Abbasiyyah, dia dikenal dengan sebutan Abu al- Abbas, Abdullah bin muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim. Dia dilahirkan pada tahun 108 H di dekat al-Balqa’ dan dibaiat sebagai khalifah di Kufah.
Pada masa Harun Ar-Rasyid, khalifah kelima Abbasiyah yang dilanjutkan oleh khalifah Ma’mun Ar-Rasyid, Islam berkembang dengan pesat. Dimana saat itu Baghdad menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dunia. Beberapa bukti kejayaan itu antara lain kekhalifahan Islam berhasil mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat.
Kemajuan yang dicapai dinasti Abbasiyah mencakup ilmu agama, filsafat dan sains. Ilmu agama yang dikembangkan pada masa ini mencakup:
a.       Ilmu Hadits
Tokohnya: Al-Bukhori dengan kitabnya al-Jam’i al-Shahih dan Tarikh al-Kabir, Muslim dengan kitabnya Shahih Muslim, Ibnu Majjah, Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan al-Nasa’i.
b.      Ilmu Tafsir
Tokohnya: Ibnu Jarir Ath Thabari dengan karyanya Jami al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an sebagai pegangan pokok bagi mufassir hingga sekarang, Abu Muslim Muhammad Ibn Bahar al-Ashfahani dengan tafsirnya Jami’ut Ta’wil, Ar-Razy dengan tafsirnya Al-Muqthathaf.
c.       Ilmu Fiqih
Tokohnya: Abu Hanifah dengan kitabnya Musnad al-Imam al-A’dhom atau Fiqhal-Akbar, Malik dengan kitabnya al-Muwatha’, Syafi’i dengan kitabnya al-Um dan al-Fiqh al-Akbar fi al-Tauhid, dan Ibn Hambal dengan kitabnya al-Musnad.
d.      Ilmu Tasawuf atau Mistisisme Islam
Tokohnya: Abu Bakr Muhammad al-Kalabadi dengan karyanya al-Ta’arruf li Mazhab Ahl al-Tasawuf, Abu Nasr as-Sarraj al-Tusi dengan karyanya al-Luma’, Abu Hamid al-Ghazali dengan karyanya Ihya ‘Ulum al-Din, dan Abu Qasim Abd al-Karim al-Qusyairi dengan karyanya Maqamat. Tokoh lainnya, Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, Husain Ibn Mansur al-Hallaj, dsb.
e.       Ilmu Kalam atau Theologi
Tokohnya seperti Washil bin Atha’, Ibn al-Huzail, al-Allaf, dll dari golongan Mu’tazilah, Abu al-Hasan al-Asy’ari dan al-Maturidi dari ahli sunnah.
f.       Ilmu Tarikh atau Sejarah
Tokohnya: Ibn Hisyam (abad VIII), Ibn Sa’d (abad IX), dll.
g.      Ilmu Sastra
Tokohnya: Abu al-Farraj al-Isfahani dengan karyanya Kitab al-Aghani, al-Jasyiari dengan karyanya Alfu Lailah wa Lailah di pertengahan abad X.
h.      Ilmu agama lainnya seperti ilmu al-Qori’ah, ilmu Bahasa, dan Tata Bahasa.
Di antara ilmu yang menarik pada masa dinasti Abbasiyah adalah Filsafat. Ilmu ini berasal dari Yunani kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, bahkan juga buku-buku yang berasal dari Persia maupun Spanyol.
Dari gerakan ini muncul para filosof Islam, seperti:
1)      Al-Kindi (185-260 H/801-873 M)
Al-Kindi lahir di Kufah, karyanya sekitar 270 buah yang dikelompokkan oleh ibn Nadim dan al-Qifti menjadi 17, yaitu: filsafat, logika, ilmu hitung, globular, musik, astronomi, geometri, sperikal, medis, astrologi, dialektika, psikologi, politik, 240 Studi Sejarah Kebudayaan Islam Metodologi Studi Islam meteorology, dimensi, benda-benda pertama, dan spesies tertentu logam dan kimia.
2)      Al-Razi (251-313 H/865-925 M)
Nama latinnya adalah Rhazes, lahir di Rayy dekat Teheran. Buku-buku filsafatnya antara lain: Al-Tibb al-Ruhani, Al-shirat al-Falsafiyyah, Amarat Iqbal al-Daulah, Kitab al-Ladzdzah, Kitab al-Ilm al-Ilahi, dll.
3)      Al-Farabi (258-339 H/870-950 M)
Di Barat dikenal dengan nama Alpharbiu, lahir di Wasij (suatu desa di Farab/Transoxania). Selain seorang filosof, ia juga ahli dalam bidang logika, matematika, dan pengobatan. Dalam bidang fisika, ia menulis kitab al-Musiqa. Di antara karyanya adalah: al-Tanbih ‘ala Sabil al-Sa’adat, Ihsha al-Ulum, al-Jam’ bayn Ra’y al-Hakimayn, Fushush al-Hikam, dll.
4)      Ibn Sina (370-428 H/980-1037 M)
Nama latin Ibn Sina adalah Avicenna, lahir di Afsyana (dekat Bukhara). Selain ahli filsafat dan kedokteran, beliau juga memiliki karya dalam bidang logika, matematika, astronomi, fisika, mineralogy, ekonomi, dan politik. Karyanya antara lain: Kitab al-Syifa, Kitab al-Nadjat, Al-Isyarat wat-Tanbihat, Al-Hikmat al- Masyriqiyyah, dll.
5)      Al-Ghazali (455-507H/1059-1111 M)
Beliau bergelar hujjatul Islam, lahir di Ghazaleh dekat Tus di Khurasan. Karyanya antara lain: Al-Munqidz min ad-Dlalal, Tahafut al-Falasifah, Ihya Ulumuddin, Qawaid al-‘Aqaid, Misykat al-Anwar, dll.
6)      Ibn Rusyd (520-595 H/1126-1198 M)
Di Barat namanya Averroes, lahir di Cordova. Bukunya yang terpenting ada empat: Bidayatul Mujtahid, Faslul Maqal fi ma baina al-Hikmati was Syari’at min al-Ittisal, Manahij al-Adillah fi Aqaidi Ahl al-Millah, dan Tahafut at-Tahafut.
7)      Ibn Bajjah (w. 533 H/1138 M)
Beliau lahir di Saragossa dan karyanya berupa risalah antara lain: Al-Ittisal, al-Wada’, Tadbir al-Mutawahhid, dll.
8)      Ibn Tufail (506-581 H/1110-1185 M)
Beliau lahir di Granada. Karangannya tentang filsafat, fisika, metafisika, kejiwaan dan sebagainya tidak sampai kepada kita kecuali satu yaitu risalah Hay bin Yaqzhan.
Pada zaman kemajuan peradaban Islam abad ke-7 sampai 17 tak hanya melahirkan generasi yang mumpuni di bidang keagamaan tapi juga berbagai ilmu pengetahuan. Era itu banyak melahirkan para ilmuwan di berbagai bidang dengan berbagai temuan teori-teori baru yang menjadi sumbangan besar bagi sejarah peradaban dunia.
Di bidang matematika misalnya, para pakar matematika Muslim telah memberi kontribusi nyata dan menemukan berbagai macam teori di bidang matematika seperti yang kita kenal sekarang. Mereka menemukan sistem bilangan desimal, sistem operasi dalam matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, eksponensial, dan penarikan akar.Tak cuma itu, mereka juga memperkenalkan angka-angka dan lambang bilangan, termasuk angka “nol” (zero). Mereka antara lain juga menemukan persamaan kuadrat, algoritma, fungsi sinus, cosinus, tangen, cotangen, dan lain-lain. Pakar matematika Muslim itu antara lain : al-Khawarizmi, al-Kindi, al-Karaji, al-Battani, al-Biruni, dan Umar Khayyam.
Di kalangan masyarakat Barat, al-Khawarizmi lebih dikenal dengan nama Algorisme atau Algoritme. Ia telah banyak menemukan teori-teori dalam matematika dan populer dengan sebutan Bapak Aljabar. Teori Aljabar itu ia tulis dalam kitabnya yang bertajuk Kitab Al-Jabr wal Muqabalah atau buku tentang pengembalian dan pembandingan. Teori ‘algoritme’ dalam matematika modern diambil dari namanya, karena dialah yang pertama kali mengembangkannya.
Sementara di bidang kimia ada nama Jabir Ibnu Hayyan, al-Biruni, Ibnu Sina, ar-Razi, dan al-Majriti. Jabir Ibnu Hayyan yang telah memperkenalkan eksperimen (percobaan) kimia mendapat predikat ‘Bapak Kimia Modern’. Sementara dalam bidang biologi para ilmuwan Muslim yang ikut memberikan kontribusi besar antara lain al-Jahiz, al-Qazwini, al-Damiri, Abu Zakariya Yahya, Abdullah Ibn Ahmad Bin Al-Baytar, dan al-Mashudi.
Al-Jahiz adalah pencetus pertama teori evolusi. Sayang namanya tidak disebutkan dalam buku-buku pelajaran biologi di sekolah maupun di perguruan tinggi. Pelajar dan mahasiswa lebih mengenal nama Charles Darwin, ilmuwan yang hidup seribu tahun sepeninggal al-Jahiz.
Sedangkan di bidang fisika ada Ibn Al-Haitham, Ibnu Bajjah, al-Farisi dan Fakhruddin Ar-Razi. Selain jago fisika, Fakhruddin Ar-Razi juga jago matematika, astronomi, dan ahli kedokteran. Ia adalah Ulama yang Intelek. Seorang mufassir yang ahli kedokteran, juga seorang faqih yang jago matematika.
Para ilmuwan Muslim yang hidup di era keemasan Islam itu memang jago di bidang ilmu kealaman, sekaligus pakar agama. Mereka ahli tafsir, ahli hadis, dan bidang-bidang lainnya. Hal ini semakin memperkokoh perkembangan sains Islam yang melahirkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan serta menjadi kontribusi besar dari umat Islam untuk membangun peradaban dunia.
Masa Turki Ustmani (Ottoman)
Kerajaan Turki Utsmani berdiri tahun 1281 di Asia Kecil. Pendirinya ialah Utsman bin Erthogril bin Sulaiman Syah dari suku Qayigh, salah satu cabang keturunan Oghus Turki. Wilayah kekuasaan kerajaan Turki Utsmani meliputi Asia Kecil dan daerah Trace (1354 M), selat Dardaneles (1361 M), Casablanca (1389 M), kerajaan Romawi (1453 M) dan dinasti Mamalik (1517 M).
Kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Turki Ustmani dalam peradaban Islam diantaranya:
a.       Bidang Militer dan Perluasan Wilayah
Setelah perang dengan Bizantium, khalifah Orkhan mendirikan sebuah kesatuan militer bernama Jenissari atau Inleisariyah (Arab). Kekuatan militer Jenissari ini berhasil mengubah negara Utsmani yang baru lahir menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan sangat besar bagi penaklukan negeri-negeri non-Muslim.
b.      Bidang Pemerintahan
Bentuk kerajaan Turki Utsmani didasarkan kepada sistem feodal yang ditiru langsung dari kerajaan Bizantium. Dalam sistem pemerintahan, sultan adalah penguasa tertinggi dalam bidang agama, politik, pemerintahan bahkan masalah-masalah perekonomian.
c.       Bidang Agama dan Budaya
Kehidupan keagamaan merupakan bagian dari sistem sosial dan politik Turki Utsmani. Ulama mempunyai kedudukan tinggi dalam kehidupan negara dan masyarakat. Mufti sebagai pejabat tinggi agama, tanpa legitimasi Mufti keputusan hukum kerajaan tidak dapat berjalan.
d.      Bidang Intelektual
Kemajuan bidang intelektual Turki Utsmani tampaknya tidak lebih menonjol dibandingkan bidang politik dan kemiliteran. Aspek-aspek intelektual yang dicapai diantaranya yaitu terdapat dua buah surat kabar yang muncul pada masa ini, yaitu: 1) Berita harian Takvini Veka (1831) dan 2) Jurnal Tasviri Efkyar (1862) dan Terjumani Ahval (1860). Dalam bidang pendidikan, terjadi transformasi pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah (madrasah) dasar, menengah (1861) dan perguruan tinggi (1869), fakultas kedokteran dan fakultas hukum serta mengirimkan para pelajar yang berprestasi ke Prancis. Sedang dalam bidang Sastra dan Bahasa, munculnya sastrawan-sastrawan dengan hasil karyanya setelah menamatkan studi di luar negeri seperti Ibrahim Shinasi.

B.     Islam Zaman Modern (berakhirnya sistem khilafah)

            Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) telah dianggap oleh ahli sejarah sebagai titik permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhirnya zaman keemasannya. Pada tahun 1663, tentara Utsmani menderita kekalahan dalam penyerbuan Hongaria, tahun 1676 Turki kalah dalam pertempuran di Mohakez, Hungaria dan dipaksa menandatangani perjanjian Karlowitz pada tahun 1699 yang berisi pernyataan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada penguasa Uenetia dan tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid, terpaksa menandatangani perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di Laut Hitam serta memberikan izin kepada Rusia untuk melintasi selat antara Laut Hitam dengan Laut Putih. Pada tahun 1772 Mamalik berhasil menguasai Mesir kembali, Syiria dan Lebanon memberontak dipimpin oleh Druz dan Fahruddin.
            Di Arabia, timbul gerakan pemurnian Muhammad bin Abdul Wahab bergabung dengan kekuatan Ibnu Saud berhasil memperluas wilayah kekuasaan di sekitar Jazirah Arab. Pada perang dunia I tahun 1918, Turki bergabung dengan Jerman dan mengalami kekalahan sehingga harus menyerahkan semua wilayahnya kepada pemenang perang. Yunani hendak menjajah, namun Mustafa Kemal Attaturk berhasil mengusirnya dan membentuk Negara Republik Turki (1924) serta menghapuskan kekhilafahan Islamiyah Turki Utsmani.
            Penghapusan Khilafah Turki Utsmani pada 3 Maret 1924, yang sekaligus menandai berakhirnya dominasi Islam dalam pentas politik global selama lebih dari 13 abad sejak era Khulafa’ Arrasyidien, dan meroketnya hegemoni Barat atas dunia Islam, menegaskan keberadaan umat Islam mulai saat itu telah terpuruk ke dasar degradasi peradaban. Realitas keterpurukan umat Islam dalam kancah politik, ekonomi, militer, budaya, dan bayang-bayang kemajuan Barat dalam sains dan teknologi yang menyudutkan umat Islam, serta “penjajahan modern” yang dilancarkan Barat terhadap dunia Islam, disinyalir kuat menjadi faktor terpenting yang membangkitkan eskalasi “kerinduan” umat Islam akan kejayaan yang pernah dimilikinya di masa silam itu.
            Dalam hierarki ijtihad mengembalikan kejayaan yang hilang ini, umat Islam setidaknya terpecah ke dalam dua limit (manhaj) perjuangan. Ada sebagian umat Islam yang berikhtiar melalui pendekatan-pendekatan metodologis, kontekstual, progresif, permisif, dan inklusif, bersedia membuka diri dan kompromi dengan nilai-nilai positif peradaban Barat. Dan ada sebagian ikhtiar umat Islam yang cenderung eksklusif, fundamental, anti Barat, dan memilih kembali pada nilai-nilai positif Islam konvensional, serta tak kenal kompromi dengan nilai-nilai kearifan lokal dan modernitas. Bagi kelompok kedua ini, mengembalikan Khilafah Islamiyah adalah satu-satunya pilihan politik yang tak bisa ditawar untuk memungkinkan membangun kembali kejayaan Islam yang hilang. Maka, sejak saat itulah term “khilafah” menjadi isu harakah (pergerakan) Islam dengan misi dan agenda politik membangun kembali Daulah Islamiyah internasional.
            Dalam dinamika perjuangannya, ide khilafah internasional ini pertama kali diperankan oleh jamaah Ikhwanul Muslimin yang didirikan di Mesir pada tahun 1928, dan selanjutnya banyak dimainkan oleh jamaah Hizbut Tahrir yang didirikan di Jerusalem Timur tahun 1952.
            Terlepas dari prinsip kemaslahatan, dari segi teoretik, misi dan visi ide khilafah, sebenarnya tidak ada yang salah, bahkan baik, dan pantas diapresiasi. Karena ide ini merefleksikan kepedulian, niat baik, cita-cita, dan ghirah militan untuk memperjuangkan Islam. Akan tetapi, ketika cita-cita dan niat baik ini tidak diimbangi dengan pemahaman yang baik terhadap realitas sosial masyarakat dan tentunya pemahaman keIslaman yang baik pula, maka hanya akan menimbulkan benturan-benturan destruktif antara Islam itu sendiri dengan praktik-praktik kehidupan sosial masyarakat.
            Di sinilah arti pentingnya kearifan sikap, yang bersedia mengkompromikan antara idealisme sebuah ajaran dan tuntutan keislaman dengan realitas sosio-kultur masyarakat, sehingga setiap gerakan dan perjuangan keislaman tidak menimbulkan gejolak dan benturan-benturan destruktif, melainkan perjuangan yang bernilai efektif (maslahah), konstruktif, dinamis, dan rahmatan lil ‘alamien.
            Dari uraian sejarah Islam di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peradaban Islam mempunyai pengaruh yang penting dalam sejarah perdaban umat manusia di dunia. Peran penting yang dibawa oleh peradaban Islam dapat kita rasakan di segala lini kehidupan umat manusia, baik dari segi aqidah, akhlak, sosial, politik, budaya, ekonomi serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
            Peradaban Islam mengalami pasang surut namun perlu kita ketahui bahwa Islam pernah mengalami masa keemasan pada zaman pertengahan, dimana pada zaman itu Islam ditaburi oleh para ilmuwan-ilmuwan dan cendekiawan dari berbagai disiplin ilmu. Namun sayang masa kejayaan Islam ini justru tidak banyak diketahui oleh umat Islam generasi sekarang, karena kurikulum pendidikan kita lebih banyak memperkenalkan para ilmuwan dari dunia barat.
            Kini umat Islam mengalami keterpurukan dan terpecah belah ke dalam kelompok dan golongan yang berazas pada kepentingan kelompoknya. Sudah saatnyalah kita menyadari kelemahan umat Islam saat ini. Umat Islam harus banyak belajar dari catatan gemilang sejarah Islam pada masa lampau, untuk itu umat Islam harus bersatu dan bekerja lebih keras lagi untuk tercapainya Islam sebagai rahmatan lil ‘alamien.




Sumber Referensi:
As-Suyuti, Imam. Tarikh Al-Khulafa’. Darul Khatib Al-Ilmiyah. Terjemahan Samson          Rahmana. 2003.      Tarikh Khulafa Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
As-Sirjani, Raghib. 2009.Madza Qaddamal Muslimuna Lil’Alam: Ishamaatu     al-Hadharah al-Insaniyah,     cetakan II. Mu’asasah Iqra. Terjemahan Sonif dkk. 2011. Sumbangan Peradaban Islam Pada     Dunia, cetakan I. Jakarta: Pustaka           Al-Kautsar.
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2009. http://dualmode.               kemenag.go.id/file/dokumen/MSI8.pdf.
Muhajir dan Salim, 2014. Abad-abad Keemasan Peradaban   Islam. http://www.majalahgontor.net/index.php     ?option=com_content&view=article&id=518:abad-abad-keemasan-peradabanislam&catid=              40:laporan &Itemid=103Azza.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

BATIK TEGALAN

BAYT AL-QUR’AN & MUSEUM ISTIQLAL TMII

CINTA LINGKUNGAN